Selamat Tinggal, Hari-hari yang Hilang
Langit sore itu tampak abu-abu, seperti kenangan yang perlahan memudar dalam ingatanku. Aku berjalan sendirian di trotoar yang basah setelah hujan. Rintik terakhir masih turun, seolah-olah langit belum rela mengakhiri tangisnya.
Di kedua tanganku, ada sesuatu yang tak terlihat—mimpi-mimpi yang kabur, waktu yang berlalu, kata-kata yang terucap dan tak bisa diambil kembali. Aku menatap ke depan, tapi yang kulihat justru bayangan masa lalu, berjalan di sampingku, tersenyum getir.
“Kenapa?” aku berbisik pada diriku sendiri.
Kenapa kata-kata sederhana yang dulu pernah diucapkan kini terasa begitu dalam? Seperti pesan-pesan tersembunyi yang baru kini dapat kupahami. Kata-kata itu bergetar dalam dadaku, bergema di setiap langkah yang kuambil. Aku ingin melupakan, tetapi pada saat yang sama, aku ingin menggenggam semuanya lebih erat.
Aku berhenti sejenak di depan sebuah kafe kecil. Di balik jendela kaca yang berkabut, seorang pria muda duduk dengan gitar di pangkuannya. Musik mengalir dari jemarinya, mengisi udara dengan nada yang melankolis. Aku menutup mata, membiarkan melodi itu menembus dinding waktu.
Aku teringat pada saat-saat itu—saat kita tertawa di bawah langit cerah, saat kita berlari menembus hujan, saat kita berjanji tanpa tahu apakah bisa menepatinya. Aku teringat bagaimana kita mencoba menjadi kuat, berpura-pura tidak peduli, padahal hati kita sama rapuhnya.
Aku membuka mata. Langit mulai sedikit terang, seolah memberikan jawaban yang selama ini kucari.
Aku menarik napas dalam. Lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku tersenyum. Aku tahu, aku tak bisa terus menatap ke belakang. Kata-kata yang jatuh harus kukumpulkan, luka yang ada harus kusembuhkan. Hari-hari yang hilang, tak akan kembali. Tapi aku bisa melangkah ke depan, membawa semua yang telah kupelajari.
Musim panas akan segera tiba. Dan saat hamparan padi mulai menguning, aku akan mengenang masa ini bukan dengan kesedihan, tetapi dengan rasa syukur.
Selamat tinggal, hari-hari yang hilang. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalananku. Aku akan terus berjalan.