DramaFiksiMotivasi

Pecel Dan Gorengan Cemplon

Cemplon termangu memandang wajahnya di cermin, dia merasa aneh saja ” Kenapa mukaku seperti ini….? tak seperti muka Wina yang mulus…cantik lagi….tapi kata Mas Jarot  aku cantik…..apanya yang cantik…?” Begitu fikir Cemplon anak bakul pecel yang seharian membantu menyelesaikan tugas-tugas ibunya .

Cemplon terus memandangi dan bertanya pada cermin tersebut… ” Kenapa namaku juga jelek…teganya ibu memberi nama aku nama cemplon..tapi tak apa toh aku juga anak bakul pecel kalau dipanggil cemplon tak apalah…malah bisa lebih dekat dengan pelangganku…eh pelanggan ibuku…” Cemplon mulai tersenyum…tertawa…serta bergaya di depan kaca .

Mak Wondo mencari keberadaan Cemplon karena meminta bantuan untuk membungkus beberapa langganannya untuk dibawa pulang.

Mak Wondo : ” Cemplon….plon…lo kamu kok masih di kamar itu mas Endar minta dibungkuskan beberapa makanan…ayo to..enggal ibuk masih membuat pesanan yang lain…?!.”

Cemplon      : ” Iya buk bentar….” Cemplon merapikan sisirannya tak enak kalau dipandang amburadul, dia melirik sekali lagi di lemari kacanya dan segera berlalu membantu ibuknya yang jual pecel dihalaman rumahnya dibawah pohon mangga. 

Endar meminta gorengan sebanyak lma buah serta minta dibungkuskan es campur tiga plastik,  setelah  mie goreng dua bungkus.

Cemplon memilihkan semua keperluan mas Endar juragan tahu pong di kampungnya Penangkringan Kulon Progo . Beberapa orang meminta dibungkuskan juga, Cemplon senang karena gorengannya ternyata banyak yang menyukainya sambil sesekali menyiapkan kencur dan jeruk sebagai perlengkapan makanan yang di uleg. Seorang pelanggan bertanya pada Cemplon namanya mbak Sarah.

Sarah       : ” Mbak cantik-cantik kok namanya Cemplon……” Cemplon tersenyum saja tapi yang jawab malah ibu Wondo 

Wondo      : ” Namanya sebenarnya Marlina , tetapi karena sering sakit jwaktu bayi jadi namanya merganti sampai tiga kali. Seseorang tertawa mendengar cerita mbok Wondo .

X               : ” Siapa saja namanya mbok…kok jadi geli saya mendengarnya….” diikuti ketawa beberapa pelanggan yang mengantri. 

Wondo     : ” Marlina sakit lagi kena serangan panas sampai akan meninggal dunia….terus namanya diganti  Sireng karena dulu lahirnya buang air besar dan warnabya hitam….” lagi-lagi semua tertawa termasuk Cemplon yang sedang membungkus pecel kangkung sedangkan ibuknya melanjutkan menguleg pecel pesanan yang lainnya . Seminggu kemudian bayi Cemplon malah sakit berak-berak sampai badannya kurus….akhirnya namanya berganti menjadi Cemplon dan alhamdulillah sampai sekarang sehat.

X              : ” Kok dinamakan Cemplon pendek sekali namanya…..? ” 

Wondo     : ” Itu saja lama berfikirnya mulanya saya siyapkan Lestari ….tapi rupanya Lestari malah membuatnya masuk rumah sakit , dan ketika suami saya menemukan seekor kucing diberi nama cemplon tapi kucing itu malah mati tertabrak sepeda serta terpental masuk got dan matilah dia karena tak ada yang mengangkat dan baru suami saya yang terlambat mengangkatnya karena tadi ada tamu  dan untuk mengenang cemplon maka bapaknya memberikan nama Cemplon .

Semua yang mendengar tersenyum sambil manggut-manggut Cemplon sendiri mendengar penjelasan dari ibunya dn didengar semua orang , Cemplon jadi tahu nama aslinya tetapi memang sudah nasib karena memang nama cemplon memang sudah cocok dengan situasi saat ini . 

Cemplon membungkus semua pesanan makanan salah seorang pembeli namanya Jarot menginginkan pecel yang pedas tetapi kurang pedas menurutnya lalu Cemplon memberikan sambal yang sudah diulegnya ditambahkan dalam cobek karena ibuknya ke kamar kecil. Jarot menikmati makanan tersebut sambil kakinya jigrang di kursi panjang dan meminta Cemplon untuk mengambilk kerupuk terung sebagai pelengkap makan . 

Cemplon   : ” Ini minumnya es campur apa es kolak mas….. ? “

Jarot           : ” Es kolak pisang saja…pakai gelas besar ya …. gembus gorengnya sudah matang…? ” 

Camplon     : ” Masih digoreng bapak …..sebentar lagi mas….diambilkan berapa….? 

Jarot            : ” Satu saja tapi yang dibungkus sepuluh…..” . Cemplon minta bada bapaknya untuk menggoreng lagi gembus untuk di bungkus, bapaknya mengiyakan sambil membolak -balik gorengan tersebut. Gorengan Bu Wondo memang terkenal renyah dan gurih sehingga tak jarang mereka pada membawa oleh-oleh gorengan sebagai oleh-oleh yang berada dirumah . Pecel Bu Wondo terkenal di seluruh desa yang baru buka pukul sepuluh pagi smpai jam lima sore kadang juga sampai malam kalau mereka masih banyak yang antri . Sebenarnya pecel bu Wondo banyak peminatnya tetapi karena mereka perlu istirahat kalau pas capek. Karena tiap Rabo pecel Bu Wondo tutup dan digunakan Cemplon untuk kursus menjahit. Bahkan tak jarang pelanggan menyarankan untuk menambah jam jualannya karena sekarang tambah pembelinya dari luar kota dan pecel bu Wondo sedang dibenahi serta menggabungkan dengan rumah induk sebagai tempat dapurnya . 

Cemplon dengan rajin mengikuti kursus dan dia segera lulus kursus. Jarot yang naksir Cemplon karena kesabarannya melayani dirinya yang orang sering bilang kikrik di kantornya mulai mengajak rekan kantornya makan di tempat yang lapang dibawah pohon mangga yang sudah dipotong karena pelebaran tempat dagangan.  Makanya pecelnya dagang dengan iyup-iyup terpal agar tak kepanasan dn pembelinya di berikan meja dan bangku seadanya. Cemplon memang tidak meneruskan kuliah dan siap melancarkan bisnis pecel serta hobbynya dalam menjahit pakaian bekal hidupnya ke masa depan. kursur menjahit memang saran dari mas Jarot yang punya rasa terhadap Cemlon, tetapi seiring dengan kemajuan dagangannya Cemplon lebih fokus membantu usaha yang sidah mengalami kemajuan.  Sesekali dia menjahit baju untuk dirinya serta bapak dan ibunya . 

Jarot            : ” Sekolah..kuliah itu nomor dua…karena kamu sudah nyekel gawe……jangan ikut-ikutan seperti mereka yang aksinya pegang buku tapi fikirannya ngeres…mending kamu Plon…..kerja keras menghasilkan uang serta bisa memperbaiki usaha ” . 

Cemplon      : ” Tapi aku kenapa masih pingin kuiah…..yah untuk menaikkan taraf hidup saja…..”

Jarot             : ” Yaah itu terserah kamu saja…tapi asal aku tetep selalu dihatimu saja……?! ” Cemplon tersenyum malu.

Mereka bisa ngobrol sambil Cemplon berlalu lalang melayani pembeli serta bersuara pelan agar pembeli tidak menguping pembicaraan . Sebulan sudah renovasi pecel selesai dan kini pecel Cemplon menjadi branding tas persetujuan semuanya termasuk bapak ibunya yang amat menyayangi Cemplon anak semata wayangnya. 

Pecel Cemplon kini luas dan tertata sehingga menambah tenaga pelayan, Cemplon sendiri memegang di kasir serta selalu mengecek persediaan gorengan yang membuat dagangannya laris manis . Dan sekarang ulegkan bumbunya dibuat sendiri sebagai persediaan hari-hari selanjutnya, tetapi kadang-kadang orang meminta bumbunya diuleg langsung karena akan teras pas rasanya waktu menghidangkannya. Cemplon bersyukur saja karena asaha tersebut menjadi usaha run temurun nantinya, dengan penghasilan yang lumayan karena semua di kerjakan sendiri danhanya menambah tenaga untuk bersih-bersih saja. Semua pekerjaan yang dilakukan dengan kesabaran dan ketelatenan serta kejujuran akan menghasilkan pendapatan yang bisa di junjung tinggi sampai ke anak cucu. Sykuran dilakukan pada hari Rabo hari istirahat mereka bersama, Jarot dari jauh memandang Cemlon yang kini menjadi pemegang usahanya atas bantuan Jarot yang lulusan Sarjana Ekonomi. 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
Close

Adblock Detected

Support Kami Dengan Mematikan Adblock