Anak-anakDramaPendidikan

Belimbing Demak

Disamping rumah Lelono terdapat pohon belimbing yang sarat buahnya, Dia ingin mengambilnya tapi pohon tersebut banyak sarang lebahnya, Lelono meminta ibuknya untuk mengambilkannya beberapa butir, tapi ibuknya mengatakan harus menunggu ayahnya . Tetangga Lelono sebenarnya juga ingin sekali menikmati buah belimbing yang mulai semburat dengan warna kuning mudanya dan terlihat ranum siapa yang melihatnya pasti akan tergiur. Ibuk Lelono sebut saja Fadilah memikirkan cara agar anaknya Lelono bisa menikmati buah belimbing meskipun bapak Lelono belum pulang ke rumah , dia begitu menyayangi anaknya yang masih kelas dua Sekolah Dasar ( SD ) . Salah seorang anak tetangganya Arman begitu panggilannya menyaksikan Fadilah yang membakar sampah dibawahnya berharap lebahnya pada keluar  dan ribut beterbangan mencari sang pengganggu yang berusaha mengusik mereka. Arman tak tega melihat ibu Fadilah yang dikerubung lebah dan mencoba membantunya.

Arman   : ” Ibuk…mari saya bantu, ibuk pakai ini …” Arman memberikan kantong plastik yang sama sepertinya yang dipakai Arman dan juga diberikan kepada Lelono . Arman yang memakai baju lengan panjang segera menaiki pohon belimbing dan mengambilkan beberapa buah yang dimasukkan ke dalam tas pelastik yang sudah dipersiapkan , tentu saja Fadilah sangat senang dengan bantuan Arman yang sudah banyak terisi buah belimbing yang amat ranum-ranum.

Fadilah   : ” Sudah cukup…cukup..itu sudah banyak , lihat itu lebahnya sudah kembali…cepat turun…” Arman segera turun sambil menenteng buah belimbing yang langsung diberikan kepada bu Fadilah.

Arman    : ” Itu yang atas sudah matang-matang…sayang kalau membusuk…”

Fadilah    : ” Terima kasih biar diambil esok hari , ini hari sudah cukup…besok maupah kamu membantu ibuk lagi Arman …? “

Arman     : ” Iya siap…saya akan bantu sepulang sekolah, bagaimana buk…..? “

Fadilah    : ” Iya baiklah biar esok hari akan ibu siapkan sampah untuk membakarnya, agar lebahnya lari…”

Mereka mengumpulkan buah belimbing dalam waskom dan Fadilah segera mencucinya dan segera membaginya pada Arman juga anaknya Lelono.

Lelono      : ” Manis …enak sekali karena segar , terimakasih mas Arman ikut membantu mengambil buah yang dijaga sarang lebah sebanyak tujuh sarang besar-besar…”

Arman      : ” Iya..sama-sama.. buah ini manis sekali lagi besar-besar…”

Fadilah     : ” Ini belimbing Demak….yang ditanam nenek Lelono sebagai hadiah karena membawa belimbing Demak ke Semarang, tapi nenek Lelono  sudah meninggal sekarang, dan meninggalkan pohon belimbing asli Demak yang terkenal besar- besar dan manis rasanya..”

Arman      : ” Oh ini namanya belimbing Demak yang terkenal itu…..?! “

Lelono      : ” Sampai begitu terkenalnya nama belimbing Demak…satu lagi jambu air Demak juga terkenal manis dan besar-besar…apakah yang dibelakang rumah juga jambu air dari Demak Buk…? “

Fadilah      : ” Iya nak…itu semua yang menanam nenekmu sewaktu masih hidup dan kita harus menjaganya agar tumbuhan itu bisa memberikan persediaan cucu-cucu nenek….dan besok sore sepulang Arman sekolah kita akan panen belimbing Demak lagi untuk dibagikan keseluruh tetangga kampung ini , Arman tersenyum dan memakan buah belmbing yang masih tersisa di mulutnya dan dia segera pulang karena dia harus segera mandi sore sebelum hari gelap.

Fadilah menyisihkan buat suaminya satu buah yang besar pula dan dimasukan kedalam kulkas untuk menyimpannya agar tetap segar.

Lelono       : ” Satu buah saja bisa mengenyangkan perut…padahal tadi mas Arman langsung petik gitu saja tanpa memilih.. karena keburu lebahnya datang… “

Fadilah      : ” Iya…mas Arman tadi buru-buru karena sang lebah masih marah dan mengamuk untung saja buah belimbingnya sudah pada masak jadi besok bisa dipanen…. “

Sore hari ayah Lelono sudah pulang dari kerja dan dia nampak kecapaian karena antara rumah dan jalan raya cukup jauh , bu Fadilah memotong buah belimbing untuk menghidangkan pada suaminya . Ayah Lelono yang bernama Bakrie seorang buruh pabrik yang setiap saat tak selalu memiliki uang , rumahnya juga sangat sederhana tetapi ibu Fadilah sangat menyayanginya dan menerima berapapun uang dengan iklas. Bakrie amat bersyukur selalu ada saja persediaan makanan untuk mereka karena Fadilah berupaya agar bisa mencukupi segala kebutuhan walaupun terhimpit uang apa adanya dan suaminya menerima semua yang diberikan istrinya Fadilah sebagai ibu yang mengamdi pada suami tercintanya.

Bakrie       : ” Ini buah belimbing samping rumah ya bune….? “

Fadilah      : ” Iya pak….tadi di bantu sama Arman putranya pak Kasmuri samping rumah kita dan bisa mengambil beberapa saja… “

Bakrie       : ” Maafkan aku ya bune belum bisa membantu mengambilkan…”

Fadilah      : ” Tak apa pak…besok akan dibantu lagi sama Arman sepulang sekolah untuk dibagikan kepada tetangga agar mereka bisa merasakan belimbing asli Demak yang segar dan manis ini pak…”

Bakrie       : ” Iya …, aku belum bisa membantunya karena belum puang kerja…. “

Fadilah      : ” Aku mengerti pak…nak Arman sudah janji kok akan membantu memanennya….”

Bakrie        : ” Iya…tetapi di pilih yang masih mentah dan kecil jangan di ambil karena untuk pertumbuhan buah agar selalu memproduksi buahnya jalan terus  “

Fadilah      : ” Iya pak…. kebetulan yang diambil sudah matang semua…. lagian pohon belimbingnya penuh sarang lebah….jadi Arman mengambilnya perlahan-lahan dan hati-hati agar tak diserang lebahnya..”

Bakrie       : ” Oh ya…aku tak tahu, aku pulangnya sudah sore…jadi tak memperhatikan buah belimbing tersebut yang ternyata sudah bisa dinikmati buahnya… ini buah petama yang dihasilkan pohon belimbing Demak yang ditanam ibu almarhum dik…. “

Fadilah      : ” Iya pak…. alhamdulillah bisa memberi rizki pada anak kita Lelono sebagai makanan persediaan bekal sekolah karena ibuk mengnginkan cucu yang sehat, terima kasih ya mas ibuk begitu memperhatikan kita….”

Bakrie       : ” Orang tua selalu memberikan yang terbaik buat anak dan cucunya” . Bakrie segera mandi agar tubuhnya tak kelelahan sepulang kerja dan Fadilah sudah mempersiapkan pakaian ganti sementara hari sudah gelap dan Lelono mulai membuka buku pelajaran sekolahnya . Fadilah menemani Lelono belajar sambil menjahit baju seragam Lelono yang sobek dan putus kancingnya . Bakrie yang selesai mengerjakan sholat isyak meminta makan malam bersama karena perutnya sudah kelaparan, Fadilah yang sudah mempersiapkan makan malam di meja makan mengajak Lelono untuk makan malam bersama. Belahan buah belimbing sekalian dipotong sebagai pelengkap makan.

Bakrie : ” Bu….besok jadi memanen buah belimbing dengan bantuan Arman …? ”

Fadilah : ” Iya…jadi pak , kenapa ditanyakan lagi….? ”

Bakrie : ” Enggak …bapak hanya memastikan saja…. jangan lua tetangga dibagi hasil panennya ”

Fadilah : ” Iya pak , kebetulan bu Anwar beberapa hari lewat dan memperhatikan buah belimbing kita , cuma mau menanyakan kapan di panen sudah ranum-ranum katanya…dan juga mereka banyak yang ingin mengincipnya tetapi mereka takut karena sarang lebahnya banyak sehingga maju mundur untuk memintanya ” Mereka makan sambil menceritakan beberapa orang yang ingin sekali meminta tapi tak jadi karena sarang lebahnya banyak.

Bakrie : ” Jangan lupa yang kecil-kecil ditinggalkan di pohon ya buk….”

Fadilah : ” Iya pak ibuk mengerti dan nanti akan ibuk katakan pada Arman sekali lagi ”

Pagi hari Bakrie sudah berangkat bekerja, Fadilah mengantar Lelono dengan berjalan kaki menuju sekolah Lelono yang berjarak 500 meter dari rumahsambil membawakan bekal makanan berupa nasi dan telur dadar jika nanti istirahat, kebetulan Lelono sangat senang denan menu telur dadar buatan ibuknya. Selesai mengantar sekolah Fadilah langsung ke pasar untuk persiapan makan siang dan malam sekeluarga yang hanya menambah tempe dan kerupuk bawang serta lombok yang tidak mengeluarkan banyak uang. Maklumlah keluarga kecil dan Bakrie juga memberi uang berupa mingguan jadi uang betul-betul di jaga pembelanjaannya. Kotoran sampah dikumpulkan dibawah pohon belimbing dan terkena panas matahari menjadi mudah dibakarnya . Siang itu Lelono sudah pulang dan minta makan lagi karena perutnya sudah lapar, Fadilah menyiapkan makanan yang sudah dibuatnya sambil menunggu Arman pulang sekolah.

Lelono : ” Buk itu kak Arman sudah sampai rumah, aku samperi ya…..? ” Eadilah mempersilahkan Lelono yang langsung lari kerumah sebelah, tapi yang keluar ibuknya Arman yang bernama Bu Basirun

Bu Basirun : ” Jadi panen belimbing hari ini…sebentar ya… kak Arman biar makan dulu…..” Ibunya Arman menyuruh Lelono menunggu sebentar dan kelihatannya bu Basirun juga pingin melihat panen belimbing yang selalu menggoda pandangannya. Fadilah yang melihat mereka segera mempersiapkan dedaunan untuk dibakar bersama dengan bu Basirun yang membantu dengan iklas. Uap mengepul perlahan sambil Anwar memperhatikan buah yang akan dipetiknya setelah mendapat nasihat Fadilah agar menyisakan yang masih kecil dan masih muda. Uap mulai mempengaruhi lebah yang beterbangan menjauh dan Armanpun bersiap untuk memanen buah belimbing dibantu bu Fadilah dan ibuknya serta Lelono . Buah belimbing satu persatu di tangkap bu Fadilah dan bu Basirun .

Bu Basirun : ” Waaah besar-besar buah belimbingnya kuning lagi…..” . Bagitulah mereka memanen dengan riangnya sedangkan Lelono mengusir lebah untuk berlari menjauh.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
Close

Adblock Detected

Support Kami Dengan Mematikan Adblock