Cerita SedihKehidupan

Untuk Kamu Sahabatku

Hey, Arya. Aku nggak tahu harus mulai dari mana, jadi aku bakal langsung aja. Aku cuma pengen ngomong, walaupun kamu nggak bisa denger. Atau mungkin kamu bisa. Aku harap kamu bisa.

Kemarin aku main di lapangan tempat kita biasa latihan. Udah lama nggak ke sana sejak… ya, sejak itu. Rumputnya lebih tinggi dari yang aku ingat, garis putihnya udah pudar, dan bangku kayunya mulai lapuk. Seharusnya aku senang bisa di sana lagi, tapi rasanya malah kosong.

Aku ingat pertama kali kita ketemu. Kelas lima, aku lagi duduk sendirian waktu kamu datang dan ngasih aku bunga kecil warna kuning. Kamu bilang namanya krisan, dan artinya persahabatan. Aku nggak ngerti waktu itu, jadi aku ngeledek kamu. Aku pikir itu aneh. Benar-benar aneh.

Tapi kamu nggak marah. Kamu cuma ketawa dan bilang, “Nggak semua orang tahu caranya jadi baik. It’s okay. Kita semua belajar.”

Aku nggak tahu kenapa aku ingat itu sekarang.

Kita mulai akrab pas SMP, apalagi waktu kamu masuk tim bola. Kamu lincah, Arya. Kayak angin. Kamu nggak pernah takut jatuh atau kena tackling. Kamu selalu percaya pada setiap operan yang aku lempar, nggak peduli seburuk apa pun itu. Aku ingat satu pertandingan yang paling gila—waktu lawan SMA Brawijaya. Kita hampir kalah, hujan turun deras, bola licin. Aku melempar operan yang buruk, miring, hampir keluar jalur. Aku udah yakin kita gagal.

Tapi kamu? Kamu ngejar bola itu seolah itu adalah satu-satunya hal yang penting di dunia ini. Kamu lompat, jatuh ke tanah yang becek, tapi kamu berhasil menangkapnya. Kamu masih sempat bangkit, ngelewatin tiga pemain bertahan, dan mencetak skor penentu.

Waktu itu aku pikir kamu nggak terkalahkan.

Ternyata aku salah.

Semua berubah setelah desas-desus itu mulai menyebar. Aku nggak tahu siapa yang pertama ngomongin. Awalnya cuma bercandaan, kan? Kita semua ketawa, termasuk kamu. Kamu ikut ngeledek dirimu sendiri. Aku pikir, kalau kamu ketawa, berarti itu nggak masalah, kan? Berarti kamu nggak sakit hati, kan?

Aku bodoh.

Aku nggak ngerti waktu itu, tapi aku ngerti sekarang. Aku ngerti kenapa senyum kamu mulai pudar, kenapa kamu makin jarang bicara, kenapa kamu selalu pulang lebih awal. Aku ngerti kenapa kamu berhenti latihan. Aku ngerti kenapa suatu hari kamu nggak datang ke sekolah.

Dan aku ngerti kenapa kamu nggak pernah datang lagi.

Aku mimpi tentang kamu, Arya. Mimpi tentang hari itu di kantin, waktu seseorang teriak sesuatu ke kamu. Sesuatu yang kejam. Semua orang ketawa. Aku juga ketawa. Aku nggak tahu kenapa. Mungkin karena aku takut. Mungkin karena aku nggak mau jadi orang yang dikucilkan juga. Mungkin aku pikir itu cuma lelucon yang nggak ada artinya.

Tapi buat kamu, itu berarti segalanya.

Kalau aku bisa balik ke hari itu, aku bakal berdiri di sampingmu. Aku bakal ngelawan mereka semua. Aku bakal tarik kamu keluar dari sana dan bilang bahwa nggak ada yang salah sama kamu. Aku bakal bilang bahwa kamu nggak sendirian.

Tapi aku nggak bisa.

Yang bisa aku lakukan sekarang cuma ini. Ngomong ke udara, berharap kamu bisa denger. Bilang ke dunia bahwa aku salah. Bahwa aku pengecut. Bahwa aku nggak layak jadi temanmu.

Aku bawa sesuatu buatmu. Bunga krisan kuning. Dulu kamu bilang artinya persahabatan. Tapi aku cari tahu lagi, ternyata bunga ini juga bisa bermakna penyesalan dan duka. Kayak kita, ya? Satu hal bisa punya makna yang berlawanan. Aku cuma berharap waktu itu aku bisa milih makna yang benar.

Aku bakal terus ingat kamu, Arya. Aku janji. Dan aku janji juga bahwa aku bakal jadi orang yang lebih baik. Aku bakal belajar dari semua ini. Aku nggak akan biarin hal kayak gini terjadi lagi ke siapa pun.

Karena kamu nggak cuma bagian dari masa lalu, Arya.

Kamu bagian dari aku.

Dan aku nggak akan pernah melupakanmu.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
Close

Adblock Detected

Support Kami Dengan Mematikan Adblock