Komedi

Terlahir Tampan

Aaron ini gantengnya nggak masuk akal. Cewek-cewek yang lihat dia pasti langsung terdiam, terus buru-buru tutup mulut biar nggak ngiler. Bahkan, beberapa cowok juga pernah bilang hal yang sama. Tapi sayangnya, ini bukan cara yang asik buat memulai obrolan dengannya.

Gara-gara wajahnya yang kayak pangeran negeri dongeng, cewek-cewek jadi lupa cara ngobrol normal. Mereka terlalu sibuk kagum sampai nggak fokus sama yang dia omongin.

Aaron capek banget. Tiap kali kenalan, pasti dibilang, “Mata kamu tajem banget!” atau “Wajahmu kayak patung dewa Yunani!” dan sebagainya. Kalau ada yang mulai pembicaraan dengan pujian kayak gitu, dia langsung cabut. Daripada bales omongan yang sama terus, mending dia kasih lihat “punggung tegapnya” alias langsung pergi.

Buat Aaron, dia cuma cowok biasa yang, sayangnya, lahir dengan wajah kelewat tampan. Orang-orang heboh soal ketampanannya, padahal itu cuma kombinasi hoki dari gen orang tuanya.

Tapi dia tahu, tren bakal berubah. Suatu hari nanti, wajahnya yang sekarang bikin orang terpana bisa aja dianggap “basi”. Lagipula, dia nggak pernah ngerasa spesial. Jadi model itu ya kerjaan aja. Urusan ganteng-gantengan? Itu urusan penata rias sama Tuhan.

Dulu, dia suka nongkrong habis kerja. ngopi-ngopi, nonton bola bareng kru. Tapi lama-lama dia capek. Hidupnya kayak di gelembung di mana semua orang hanya melihatnya sebagai pria dengan wajah tampan, bukan sebagai manusia biasa. Pernah dia bercanda, “Kayaknya aku lebih terkenal dari Monalisa.” Soalnya, dia pun sering merasa jadi pajangan.

Karena sulit banget nemuin orang yang bener-bener tulus, akhirnya Aaron nekat cari bantuan mak comblang. Namanya Madeline.

“Halo, saya cari pasangan. Yang serius,” kata Aaron begitu telepon diangkat.

Madeline santai, “Oke, terus masalahnya apa?”

“Saya kesulitan ketemu orang yang cocok. Saya nggak percaya aplikasi kencan. Saya kerja, saya lumayan menarik, dan saya normal. Kok susah, ya?”

“Oke, terus masalahnya apa?”

“Tadi kan udah saya bilang.”

“Iya, tapi kenapa susah ketemu orang yang cocok? Kamu punya tanduk? Bekas luka? Kebiasaan aneh?”

Aaron menghela napas. “Orang bilang saya terlalu tampan. Mungkin cewek-cewek minder?”

Madeline ngakak. “Dengar, saya sering dapet klien yang bilang, ‘Aku terlalu tampan, aku cuma mau cinta sejati.’ Ini masalah sepele kok.”

Aaron terkejut. “Serius?”

“Banget.”

“Oke, jadi gimana caranya?”

“Datang ke kantor saya, biar saya lihat langsung masalahnya.”

Madeline ini udah biasa ngadepin klien tampan dan cantik. Tapi pas Aaron dateng ke kantornya, dia hampir keselek kopinya.

“Astaga naga, nih orang kayak dewa Yunani, tampan banget” batinnya.

Tapi sebagai profesional, dia tetap menjaga sikap. Ia sibuk membolak-balik berkas dan mulai mengatur rencana. Klien yang tepat buat Aaron? Carol.

Carol juga nggak kalah cantiknya. Tapi, bedanya, dia suka memanfaatkan kecantikannya. Dengan wajahnya yang bagaikan peri dari negeri dongeng, dia bisa pesen makan tanpa antre, nggak pernah ditahan di bandara, dan bisa ngusir orang cuma dengan tatapan memelas.

Madeline berharap, kalau Aaron dan Carol ketemu, ketampanan dan kecantikan mereka bakal saling meniadakan. Mereka bisa ngobrol kayak manusia normal, bukan sekadar pajangan pameran.

Pas ketemu, mereka langsung klik. Ngobrolin makanan favorit, restoran terbaik, sampai musik yang mereka suka.

Madeline puas. “Fix, mereka cocok.”

Sampai di acara pertemuan klien, semuanya lancar. Tapi lalu, Carol tersedak minuman. Madeline sigap ngebantu. Eh, bukannya berterima kasih, Carol malah ngamuk.

“Astaga! Bajuku! Kamu ngerusak bajuku!”

Aaron cuma bisa bengong.

Beberapa hari kemudian, Aaron nelepon Madeline lagi.

“Madeline, ayo makan malam.”

Madeline mengerutkan kening. “Aaron, aku nggak kencan sama klien. Itu nggak profesional.”

Aaron tersenyum. “Madeline, kamu dipecat. Aku bukan klienmu lagi.”

Madeline melongo.

Aaron melanjutkan, “Kamu wanita paling tulus yang pernah aku temui. Aku pengen mengenalmu lebih jauh. Sabtu malam?”

Madeline terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Oke.”

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close

Adblock Detected

Support Kami Dengan Mematikan Adblock